Sunday, July 31, 2011

Marhaban ya Ramadhan

Ramadhan! Ada puasa, sahur, buka, tarawih, witir, lailatul qadr, pahala, ampunan, ketupat, opor, liburan. #ganyambung

Seneng banget sih lo? #sirik. Iya, doain aja agar insya Allah gw agar termasuk orang yang senang menyambut datangnya bulan suci ramadhan dengan suka cita, seperti dalam Hadits Nabi Muhammad Rasulullah SAW, "Man Fariha Bidukhuuli Ramadhaan Hurrima Jasadahu 'Alaan Niiraan" yang artinya "Barang Siapa yang senang atas kedatangan Bulan Ramadhan maka jasadnya haram masuk neraka".

Banyak pikiran yang tersirat, banyak kata yang terucap, banyak perbuatan yang terlaksana, banyak salah yang terbuat dari hal-hal tersebut.

Menyambut datangnya bulan Ramadhan, gw sebagai manusia biasa memohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan yang telah gw lakukan maupun yang akan gw lakukan. Semoga Allah berkenan untuk mengampuni dan menghapuskan dosa kita. Amin.

Perbedaan optimis dan sombong

Pernahkah sobat merasa kenapa ketika kita punya keinginan yang besar dan sangat optimis bahwa kita dapat mencapainya, ternyata malah hasilnya tidak terlalu baik? tetapi kenapa kalau tidak optimis atau tidak dikejar, maka sesuatu itu malah hasilnya baik???

Sobat, tahukah perbedaan antara optimis dan sombong?

Menurut Guntur Novizal, optimis dan sombong sama-sama mengatakan sesuatu yang besar, perbedaanya terletak pada sejauh mana seseorang mengenal potensi dirinya sendiri. Dan hal ini juga akan kelihatan ketika seseorang mengatakannya, orang yang optimis akan mengatakan dengan bijak, sementara yang sombong akan terkesan arogan ketika mengatakan.

Lalu, bagaimana hubungan ambisi dengan cita-cita dan tujuan kita, apakah hal itu baik atau tidak?

Ambisi merupakan kehendak yang kuat untuk mencapai tujuan, dan ini bisa dijadikan nafas untuk mencapai tujuan kita. Ambisi merupakan sesuatu yang baik bahkan memang ambisi mutlak dimiliki oleh seseorang yang punya tujuan. Karena dengan ambisi (kehendak kuat) maka akan menuntun seseorang untuk melakukan tindakan yang akan mengarahkan pada pencapaian tujuan. Ambisi akan sangat bagus jika didasarkan pada optimisme (keyakinan kuat) untuk mencapai tujuan yang didasari atas pengenalan diri.

Yang bahaya adalah ketika ambisi bersanding dengan sombong, yaitu ambisi (kehendak kuat) untuk mencapai sesuatu yang didasari tetapi didasari oleh kesombongan (tidak mengenal diri), maka hal ini akan mengakibatkan seseorang melakukan sesuatu dengan segala cara untuk mencapainya. Tidak jarang kita banyak menemukan seseorang yang membabi buta dengan ambisinya, karena banyak diantara kita yang tidak mengenal diri kita sendiri. Sehingga dari banyak fenomena itu tidak jarang kita tabu untuk mengatakan kalau kita punya ambisi besar untuk mendapatkan sesuatu.

Saya ingin mengajak sobat untuk mencermati ayat berikut.

Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang berserah diri“. (QS.An Naml:30-31)

Dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain.” (HR.Riwayat Muslim)

Dari ayat dan hadits di atas, ada satu kata yang mengikuti kata sombong, yaitu terhadap… Berarti, kata sombong bersifat komparatif, yaitu membandingkan dengan orang (makhluk) lainnya. Artinya kesombongan bermakna dalam hal merasa lebih tinggi, lebih baik, atau lebih lainnya dengan orang atau makhluk lainnya, merasa lebih hebat daripada orang lain.

Jika sombong lebih kepada membandingkan dengan orang lain, maka optimis justru sebaliknya. Optimis lebih berfokus pada kesamaan antara manusia. Orang akan optimis jika dia merasa sama dengan orang lain. Merasa memiliki perbedaan, justru akan menimbulkan sikap negatif. Merasa lebih rendah disebut rendah diri. Sementara orang yang merasa lebih baik disebut sombong.

Saat kita merasa bahwa kita memiliki kesamaan dengan orang lain, maka kita pun bisa mendapatkan atau memiliki kehebatan seperti orang-orang hebat, karena tidak ada bedanya. Begitu juga, jika kita melihat orang lain yang tidak sehebat kita, maka kita akan paham dengan dua kemungkinan. Pertama orang tersebut bisa lebih hebat di bidang lain. Kedua orang tersebut hanya belum menampilkan diri dia apa adanya.

Percaya diri fokus pada keyakinan akan potensi yang diberikan Allah kepada manusia, kepada dirinya dan juga sama kepada orang lain. Bukti kehebatan potensi yang diberikan Allah bisa dilihat dari orang lain yang mampu mencapai pencapaian hebat, sementara potensinya sama dengan kita.

Jadi, mari kita intospeksi diri?apakah kita sombong atau optimis?

28 May 2011, terinspirasi dari nasihat dosbing tercinta, Bpk. Agus Setiawan:)

Tambahan (kalo ga dibaca juga gapapa) :

Rendah Diri

Rendah diri ada yang positif dan ada yang negatif.

Rendah diri dihadapan Allah adalah rendah diri yang positif, sementara rendah diri di hadapan manusia adalah perbuatan tercela, karena sebenarnya sama. Tidak ada makhluq yang lebih mulia di sisi Allah, kecuali karena ketaqwaanya. Artinya manusia itu sama, sehingga yang menentukan nanti di akhirat hanyalah ketaqwaanya. Bukan pangkat, pendidikan, jabatan, dan harta kekayaan. Kita tidak perlu merasa rendah diri di hadapan siapa pun, kecuali di hadapan Allah.

Justru, jika kita yakin bahwa kita sama dengan orang lain, akan muncul suatu sikap percaya diri. Jika orang lain bisa melakukan hal yang luar biasa, maka Anda pun bisa melakukannya. Teknologi NLP sudah banyak menunjukan bahwa kita bisa melakukan apa pun yang kita ingin lakukan. Apa lagi jika sudah ada orang lain yang pernah melakukannya. Yang seringkali menghambat kita untuk melakukan hal yang sama dengan orang lain, karena justru pikiran kita sendiri. Atau apa yang kita lakukan, belum sama dengan orang lain.

Intinya, kepercayaan diri menganut prinsip kesamaan antara kita dengan orang lain. Allah menciptakan manusia sama dengan segala potensinya. Jika kita seolah tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain, sesungguhnya karena kita belum tahu caranya secara akurat. Mungkin kita baru melakukannya sebagian. Namun disayangkan, kita sering terburu-buru mengubur potensi diri kita sendiri.

Saat ada orang lain yang memiliki cita-cita tinggi. Bahkan jauh lebih tinggi dibanding keyakinan kita. Anda tidak perlu menyebutnya sombong. Anda sendiri bisa memiliki cita-cita dan kemampuan untuk meraihnya seperti orang lain. Yang Anda perlukan ialah bagaimana memompa pikiran Anda agar memiliki keyakinan yang sama dengan orang tersebut. Jadi, sebelum mengatakan orang lain sombong, mungkin kitanya yang rendah diri.

Rendah Hati

Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Orang percaya diri justru akan rendah hati. Karena kepercayaan dirinya dia tidak perlu menyebut-nyebut kelebihannya, dia tidak perlu mendapatkan pengakuan orang lain, dan dia tidak khawatir saat orang lain terihat lebih baik. Dia tetap akan berbicara dan bertindak dengan cara rendah hati.

Rendah hati lebih kepada cara kita bersikap terhadap orang lain, bagaimana dia tidak merendahkan orang lain dan tidak ingin terihat lebih dibanding orang lain. Baik secara perkataan mapun tindakan. Dia tidak menonjolkan dirinya. Dia menghargai orang lain. Dia tidak ingin selalu dianggap hebat. Rendah hati justru salah satu ciri percaya diri.

Perbedaan secara definisi, sombong, ujub dan takabbur:

Sombong: sifat seseorang dimana ia hanya dengan dirinya tetapi tidak sampai meremehkan orang lain..

Ujub: sifat seseorang dimana ia merasa dirinya lebih baik hingga menolak kebaikan orang lain, bangga dan senang dengan dirinya, senang dengan yang diucapkannya, yang diperbuatnya hingga meremehkan orang lain.

Takabur: sikap menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Perbedaannya jika dibandingkan:

Sombong adalah sifat seseorang dimana ia hanya dengan dirinya tetapi tidak sampai meremehkan orang lain sehingga bisa dibilang ujub lebih parah dari sombong, dan yang lebih parah adalah takabur karena diikuti dengan sikap merendahkan orang lain

sumber : http://nofitaistiana.wordpress.com/2011/05/28/bedakan-optimis-dan-sombong/

http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=188502637852504

http://www.facebook.com/pages/Tanjungpinang-Indonesia/Lentera-Hati-Motivation/111615748905514

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20071125175916AAxmbZm

gatau tiba2 banyak ketemu aja halaman beginian

Bergabung dengan kehendak Allah semata, inilah tawakkal

Sering kali orang berambisi tanpa mengenal dirinya dan Rabbnya. Hanya dipenuhi oleh arogansi tanpa tawakkal dibumbui dengan alasan berani bermimpi.

Otomatis, gagallah ambisinya #pengalamanpribadi #STEI2010.

Mereka berkata, bahwa orang itu selain beriman juga harus bertawakkal.

Tawakkal, kata yang sangat sering diucapkan, namun kenyataannya sulit sekali dilaksanakan.

Ini adalah artikel yang mengubah hidup gw (Nggak juga sih, sebenernya gw berubah itu karena kehendak Allah SWT semata). Dari nol sampai mengenal diri sendiri dan pada akhirnya mengenal Rabb. Penasaran? Langsung baca aja.

'Tulisan Taufiq Ismail untuk Husni Djamaluddin,.


Tengah hari, Selasa 7 September 2004, sahabat kami Husni Djamaluddin muncul di Rumah Horison, Jalan Galur Sari II/54, Jakarta Timur. Koalisi penyakit di dalam tubuhnya telah menjadikan dia alumnus (paling kurang) lima hospital: Rumah Sakit Akademis, MMC, Persahabatan, Dr Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.


Pisau bedah telah menyayat-nyayat tubuhnya dua kali untuk menyingkirkan kanker di saluran pencernaannya dan meringkas sembilan meter ususnya. Dalam tiga tahun terakhir ini, penyair ini telah melompat-lompat antara hayat dan maut silih berganti dengan tangkas dan ritmis, menghindar jangan sampai tersentuh tali yang diayun-ayunkan ke kiri ke kanan ke atas ke bawah dalam permainan kehidupan ini, mondar-mandir Makassar-Jakarta-Makassar-Jakarta.


Husni kelihatan segar siang itu. Dia memperhatikan galeri foto sastrawan yang baru disusun rapi fotografer-wartawan Ed Zoelverdi di dinding ruang tamu Rumah Horison, dan melihat citra wajahnya dibingkai. Husni suka sekali fotonya yang diambil Ed itu.


Belum pernah saya melihat itu, katanya. Bagus sekali.


Ed memang memiliki kemampuan merekam karakter obyek pemotretannya. Himpunan lengkap empat kumpulan sajaknya, Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku?, Pustaka Jaya, telah terbit, mendahului peringatan ulang tahunnya ke 70 (10 November 2004). Dalam sisipan Kakilangit/Horison, edisi Agustus 2004, orang Mandar ini menjadi penyair tamu yang dibicarakan khusus sepanjang 13 halaman.


Saya tanyakan apakah undangan untuk besok peluncuran buku baru saya Katastrofi Mendunia —Marxisma Leninisma Stalinisma Maoisma Narkoba, 8 September pukul 14:00 di TIM sudah sampai? "Sudah," katanya, dan dia akan datang. (Karena salah baca, Husni datang malam harinya. Dia disambut galeri yang gelap, dan sejumlah karangan bunga yang masih dipajang di depannya).


Husni memiliki rasa humor yang tinggi. Dia memberi saya tiga helai kertas ketikan puisi barunya. Halaman pertama berbunyi begini:


Apa Kata Rakyat Tentang HPH Konglomerat
seluruh kawasan hutan ini kita yang punya
kecuali pohon-pohonnya.
Makassar, 17 Agustus 2004.


Sajak ini baru berumur 20 hari. Saya tertawa terbahak-bahak membacanya. Rasa jenaka yang kritis ini khas Husni, baik dalam sajak maupun dalam percakapan sehari-hari. Dia sering mengejutkan orang dengan metafor-metafornya. Sejenak saya lupa bahwa sahabat saya ini, alumnus lima hospital penting, dalam keadaan sakit. Istilah cuti, biasanya melekat pada pekerjaan. Bagi Husni, istilah ini merujuk pada rumah sakit.


Demikianlah, dia berkali-kali mendapat cuti rawatan rumah sakit, karena kegiatan kemasyarakatannya. Dalam memperjuangkan terbentuknya provinsi baru Sulawesi Barat, yang makan energi dan waktu banyak, ketika delegasi harus pergi ke DPR-RI, Husni sebagai penggagas dan aktivis yang masih terbaring di rumah sakit, tiba-tiba seperti hilang sakitnya, minta cuti untuk ikut berangkat berunding di DPR. Begitu pula ketika berlangsung acara Indonesia International Poetry Festival di Makassar (2002), saat dia harus dioperasi di Jakarta, Husni mendapat cuti, bangkit dari pembaringannya di rumah sakit.


Sebagai penyair senior paling dihormati di Indonesia Timur, kehormatan membuka acara dunia itu diserahkan kepadanya, dengan membaca tiga puisi yang akan dikenang lama sekali, yaitu "Namaku Toraja", sebuah puisi indah tentang Tana "Toraja", "Salib", mengenai Jesus yang turun ke Jerusalem kini dan kecewa melihat kondisi di dunia, dan "Tepi", puisi menghormati Mandela.


Baca puisi hebat itu dilakukannya di atas kursi roda. Hadirin gemuruh bertepuk tangan, termasuk penyair-penyair dari lima negara luar. Sehabis baca puisi pembukaan itu Husni langsung dilarikan ke bandara, terbang ke Jakarta untuk operasi keesokannya. Saya tidak tahu macam apa ketahanan badannya, menangkis rasa nyeri di tubuhnya itu.


Kini Husni, Ati dan saya makan siang bersama, Selasa 7 September itu. Husni bercerita bahwa dia sudah lepas dari semua kehendak pribadi. Dalam hidup, ujarnya, kita condong membuat daftar panjang kehendak, tapi banyak betul yang tak tercapai. Ternyata yang pasti tercapai adalah kehendak Allah. Karena itu, Husni memutuskan, dia bergabung dengan kehendak Allah saja. Dia tak lagi memikirkan dosa, tak lagi mengurus pahala. Husni menyerahkan semua itu bulat-bulat pada Allah semata. Saya tercenung mendengarkan Husni. Maqam sahabat saya ini sudah tinggi benar. Saya merasakan ucapannya tidak dibuat-buat, karena gelombang getaran kata-katanya masuk mulus tanpa gangguan ke dalam kalbu saya.


Selepas shalat asar di rumah adik iparnya, Azwan Hamir, suatu sore Februari yang lalu, Husni berdoa minta panjang umur. Tiba-tiba dia merasa luar biasa malu pada Allah. Sudah diberi usia (hampir) tujuh puluh tahun, kok masih minta panjang umur juga? Husni merasa sangat-sangat-sangat malu pada Sang Maha Pemberi dan Maha Pemurah itu. Karena keputusan bergabung dengan kehendak Allah itu, antara kehilangan dan mendapat, tak terasa lagi bedanya.


Di bulan Februari silam itu dua barang mahalnya, arloji Raymond Weil dan telepon genggam Nokia-nya hilang. Raib. Aneh, kata Husni. Dia tidak merasa rugi, tak risau apa pun. Minggu yang lalu, Agustus 2004, seorang kawannya yang kaya-raya (pemilik mobil balap Bentley seharga 10 milyar rupiah), mendengar Husni kehilangan arloji, memberinya ganti. Tidak tanggung-tanggung, dia dihadiahi arloji Vacheron Constantine, produk Jenewa, seharga $AS21.000. Dikonversi ke kepeng kita, setara Rp189 juta. "Saya tidak merasa jadi kaya," kata Husni.


Sekali lagi saya merasakan ucapannya polos tak berpura-pura, karena gelombang getaran kata-katanya masuk mulus tanpa gangguan ke dalam kalbu saya. Saya memeriksa arloji Jenewa itu dipergelangan tangan kiri Husni. "Cobalah pakai," kata Husni. Saya coba pakai. Seumur hidup baru kali itu saya menyentuh kronometer seharga tiga rumah itu.


Dalam menu makan siang di Rumah Horison waktu itu antara lain terhidang kari ayam. Husni terkejut. "Masya Allah," katanya. "Ada apa?" tanya Ati. Sejak dari rumah pagi tadi, dia ingin betul makan kari ayam, sehingga berencana mau mencarinya ke restoran. Eh, karena Allah menentukan menu siang itu di Horison kari ayam, dan Husni sudah berkoalisi dengan kehendak Allah, maka secara tepat kari ayamlah yang diperolehnya. Sebagai alumnus S-5, tamatan 5 hospital penting, zikrul-maut sudah basah di lidah dan bibir Husni. Wiridnya antara lain membaca shalawat Rasul 202 kali sehari.


Penyair yang pernah tiga kali bertemu Rasulullah Muhammad SAW di dalam mimpi sebelum shalat subuh ini (pengalaman rohani luar biasa hadiah bagi seorang Muslim, bahkan kiyai-kiyai pun belum tentu mengalaminya), sebulan yang lalu, 7 Agustus 2004 menulis puisi mengharukan tentang El-Maut berikut ini:


Ajal,
Sebelum Datang
Ajal sepertinya semakin mendekat
setelah dua tahun lewat
aku digerogoti kanker usus stadium empat
ajal adalah tamu yang tak mungkin kuhindari
tamu yang tak tahu basa-basi
dan tak kenal kompromi
ajal pelaksana eksekusi yang taat pada waktu
tak mau terburu-buru tapi tak pernah terlambat biar sesaat
ajal adakah pilihan lain
kecuali menunggumu di depan pintu
dengan sikap tawakkal
atas segala amal dan dosa-dosaku
ajal kau tahu apa yang paling kudambakan
menjelang detik-detik kedatanganmu
ampunan dari Tuhan doa dari keluarga
dan simpati dari teman-teman
ajal jemputlah kapan saja pada saatnya
toh kita bukan seteru kita adalah sekutu yang mestinya sudah kenal sejak dari awal
ajal sebelum kau datang
perkenankan aku bilang
selamat pagi matahari
selamat malam rembulan
aku cinta kehidupan
Makassar, 7 Agustus 2004


Puisi ini ditulis dalam lembar halaman 2 dan 3 kertas ketikan yang diberikannya kepada saya tadi. Di rumah saya merenungkan kedalaman makna zikrul maut yang digoreskan sahabat saya Husni Djamaluddin, yang cuma bisa ditulis penyair yang telah diping-pong intensitas pengalaman fisik dan batin, melintas net antara hayat dan maut.


Terima kasih Husni, terima kasih. Kapan saya akan sanggup mengikuti siraath Anda, bergabung dengan kehendak Allah semata?


Jakarta, 27 September 2004. Taufiq Ismail, penyair dan salah seorang pendiri majalah sastra Horison. (Sumber: Horison)


“Terkenang dengan kisah, perjuangan dan ghirahnya menyambut ajal. Sangat luar biasa. Terinspirasi untuk terus maju, maju dan maju!”


Wahai Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu


Tuhan…
Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu


Tuhan…
Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu


Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berdzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi….
*Muhasabah cintaku…

*EdCoustic'


http://robiah.malhikdua.com/2009/04/26/bergabung-dengan-kehendak-allah-saja/

Sudah Shalat?


Kalo ditanya kok mulai nge-blog lagi? ngabisin waktu aja. Alasannya?
Haha sebenernya simpel, gw baca artikel ini :

Suatu ketika beberapa fuqaha (ahli hukum Islam) yang berasal dari kota Iskandariah mendatangi dan berjumpa dengan Syekh Abul Hasan

Syekh Abul Hasan menatap wajah mereka semua lalu bertanya : “Wahai para fuqaha apakah kalian sudah shalat?”

Dengan tegas mereka balik bertanya kepada Sang Syekh : “Apakah ada di antara kami yang tidak shalat?”

Lalu Syekh kembali bertanya sambil mengutip sebuah ayat Qur’an :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang shalat,”
(QS al-Ma’arij [70] : 19 – 22)

“Apakah kalian seperti itu? Jika ditimpa musibah kalian gelisah dan jika mendapat kebaikan kalian kikir?!”

Mereka terdiam. Akhirnya Syekh berkata: “Kalau begitu kalian belum shalat!”
(Ibnu ‘Athaillah, Bahjat al-Nufus)

sumber : http://ruangmakna.wordpress.com

Artikel tersebut langsung menusuk gw 'jleb', begitu bunyinya, untung gak keluar darah #apaansih

Selama ini gw alhamdulillah merasa diberkahi banget dalam hidup, dapet banyak kejadian beserta hikmahnya, dapet banyak kebaikan dan juga kebahagiaan.

Kebaikan yang diberikan oleh Allah kepada gw itu banyak banget, dan yang paling penting adalah iman.

Tapi gw orangnya kan tertutup, jadi jarang bagi-bagi sama oranglain #dasarpelit

Astagfirullah..

Makanya gw merasa berdosa dan insya Allah gw gak mau termasuk orang-orang yang nggak shalat.

Hehehe, makanya gw mulai nge-blog lagi. Biar gw bisa berbagi kebaikan yang gw dapet, entah itu berupa artikel yang telah gw baca dan gw praktekkan, entah itu kebahagiaan yang gw dapet, pokoknya segala hal yang menurut gw kebaikan.

Doain aja supaya insya Allah blog ini bertahan, dan doain semoga insya Allah gw termasuk orang yang diberkahi, orang yang shalat.

Amin ya Allahuma amin..

Saturday, July 30, 2011

Kenalan

Assalamu'alaykum..

Hmm, ini blog ke 5 yang gw buat. Hehe, gw rasa sih ini gak akan bertahan lama.
Tapi insya Allah bisa dipertahanin lah.

Ohya, disce cogitare itu bahasa latin, artinya belajar berpikir. Maaf, maksud gw adalah belajar untuk berpikir menggunakan akal #nahlo #bingung.

Pas masuk blog ini, ada nggak yang mikir kalo itu tangan diatas kebalik nulisnya? Kalo kalian udah berpikir begitu, berarti kalian lulus tes pertama. Bisa mikir pake akal. Tenang aja, yang gak mikir gitu lulus juga kok #lohkok karena bukan berarti gak bisa mikir tapi mungkin baru kepikiran sekarang. Gw aja yang punya blog baru mikir kalo itu tangan kebalik beberapa saat sebelom gw nulis post ini #hehe.

Maksud belajar berpikir menggunakan akal itu adalah insya Allah gw akan menyajikan beberapa fakta dan para pembaca bebas berpikir dengan akal mereka apa yang harus mereka lakukan dari fakta yang ada tersebut.


Kenalan dulu ya, nama gw Anindito Rahardyaksa, biasa dipanggil Dito.



Hmm, lalu...






Lalu...








Lalu... Apa lagi ?












Hmm, kata mereka, lo akan tahu seseorang dari perilakunya.

Jadi udahlah segitu aja kenalannya, salam kenal.